watch sexy videos at nza-vids!
HomeTante Bugil

 

Tags: cerita dewsa

DERITA GADIS TAWANAN KORBAN PEMERKOSAAN PART II

DERITA GADIS TAWANAN KORBAN PEMERKOSAAN PART II
Part 2. Pemerkosaan dan Penyiksaan Jennifer Model ABG yang Seksi 2 DERITA GADIS TAWANAN PART II Jennifer Jennifer adalah teman sekelas Cathlin semenjak mereka masih duduk di bangku SMP. Ia dikenal sebagai gadis yang populer karena kecantikannya. Rambutnya yang bergelombang dicat dengan warna coklat tua. Matanya agak sipit namun terlihat sexy, ditambah dengan bibirnya yang mungil. Payudaranya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan Cathlin, demikian juga dengan pantatnya yang putih mulus. Kecantikannya itu justru membawa bencana saat Jennifer berada di kamp tawanan itu. Ia seringkali menjadi pelampiasan nafsu para penjaga bejat di sana. Beberapa orang penjaga bahkan sengaja menjebak Jen supaya melakukan kesalahan, agar ia dapat dijebloskan ke dalam ruang penyiksaan. Setelah tertangkap basah melalukan kesalahan dalam pekerjaannya merakit senjata, dua orang penjaga memborgol tangan Jen ke belakang dan menggiringnya ke ruang penyiksaan. Sesampainya di sana, Jen dibaringkan di sudut ruangan berukuran 4 x 4 meter itu, tangan Jen diposisikan di atas kepalanya dan diikatkan ke sebuah pipa. Penjaga yang satu lalu merentangkan kedua kaki Jen lebar-lebar, sehingga vaginanya yang mulus tanpa bulu itu terpampang jelas. Memang semua gadis Selatan di kamp itu diwajibkan mencukur habis rambut ketiak dan kemaluannya, mungkin demi kepuasan para penjaga dan tentara di sana. Setelah membuka celananya, pria itu lalu menghujamkan penisnya ke vagina Jen yang sudah puluhan kali dimasuki penis2 pria tidak dikenal. Jen berusaha menahan rintihannya, karena ia tahu kalau rintihan yang keluar dari mulutnya akan menjadi nyanyian yang merdu bagi pemerkosanya. Sementara vaginanya diperkosa secara brutal, pria yang satu lagi duduk di atas perut Jen, lalu memposisikan penisnya di antara kedua belah payudara Jen yang montok. Ia lalu mendempetkan kedua belah payudara Jen hingga menghimpit penisnya, lalu memain-mainkannya untuk memijit penisnya. Sesekali ia menampar payudara Jen keras2 untuk mendengar jerit kesakitan dari mulut Jen yang berusaha untuk diam tak bersuara. Kedua pria itu berejakulasi dalam waktu yang hampir bersamaan. Pria yang duduk di perut Jen yang rata itu lalu memeperkan sisa sperma pada penisnya ke kedua belah payudara Jen, sementara pria yang memperkosa vagina Jen memaksa Jen untuk membersihkan penisnya dengan lidahnya. Setelah itu, mereka berdua meninggalkan Jen dalam posisi terikat di dalam ruang penyiksaan itu. Tidak lama kemudian, mereka masuk lagi sambil membawa kursi, tali, dan pecut. Mereka melepaskan ikatan Jen dari pipa di sudut ruangan, lalu menyuruh Jen untuk berlutut di atas kursi itu, sementara payudaranya berada tepat di atas sandaran kursi. Mereka mengikat kaki Jen ke dudukan kursi itu, sementara tangannya yang diborgol diikat ke sandaran kursi. Ikatan itu begitu kencang sehingga Jen sulit untuk bergerak. Dalam posisi seperti itu, pantat Jen yang bulat dan kenyal semakin terlihat menantang bagi para penjaga yang berdiri di depan kursi itu. Mereka lalu bergantian meremas kedua bongkahan pantat yang mulus itu, sambil sesekali menamparnya keras2 hingga meninggalkan bekas kemerahan. Mereka juga menciumi dan sesekali menggigit bulatan pantat Jen, seolah ingin melahapnya habis. Setelah puas, mereka lalu berdiri menjauhi Jen sambil mengambil pecut masing2. Jen yang sudah tahu apa yang akan terjadi hanya dapat memejamkan matanya dan berharap penderitaannya cepat berakhir. Dalam hatinya ia malah berharap ingin cepat mati saja daripada harus menjalankan hidup penuh siksaan seperti itu, namun ia teringat akan kedua orangtuanya yang tentunya masih mengharapkan putri tunggal mereka itu kembali ke rumahnya. Lamunan Jen buyar saat salah satu pecut itu mendarat di pantatnya yang sebelah kanan, diikuti dengan suara “ctarrr” yang memecah keheningan. Belum sempat Jen menjerit kesakitan akibat rasa panas di pantatnya itu, satu cambukan lagi mendarat di pantatnya yang sebelah kiri. Cambukan demi cambukan terus mendarat di pantat, punggung, dan paha Jen, sehingga tubuh Jen yang putih mulus kini dihiasi dengan garis2 merah. Rintihan “Cukup.. Tolong hentikan, aku gak tahan lagi…. ampunnn” terus keluar dari mulut Jen, sambil matanya terus mengucurkan air mata akibat rasa sakit pada tubuhnya, ditambah dengan perasaan terhina diperlakukan seperti itu. Tentu saja permintaanya tidak digubris oleh kedua penjaga yang keasyikan menyiksa gadis yang tidak berdaya itu. Mereka memang sengaja diminta atasannya untuk senantiasa menyiksa gadis2 Selatan di kamp itu, untuk melampiaskan kebencian dan kecemburuan mereka terhadap bangsa Selatan yang kian lama kian maju dibandingkan bangsa Utara. Beberapa adegan pemerkosaan dan penyiksaan bahkan sengaja direkam untuk ditunjukkan ke orang-orang negeri Selatan, sebagai ancaman agar mereka menyerah dalam perang saudara. Jen tidak menghitung berapa banyak cambukan yang mendarat di belakang tubuhnya, hingga akhirnya ia merasakan tidak ada lagi cambukan. Tiba2 Jen merasakan sebatang sendok yang dimasukkan ke dalam lubang duburnya. Salah satu penjaga mengorek2 liang dubur Jen dengan sendok itu secara kasar, sehingga menimbulkan rasa sakit yang tak tertahankan. Setelah beberapa lama, sendok itu dikeluarkan. Sendok itu berlumuran dengan kotoran dari lubang dubur Jen. Kemudian sendok itu didekatkan ke wajah Jen. “Cium nih aroma pup lo sendiri!” ejek para penjaga itu, sambil menyuapi mulut Jen dengan kotorannya sendiri. Belum pernah rasanya Jen merasa terhina seperti itu. Para penjaga lalu melepaskan ikatan pada tangan dan kaki Jen, lalu menyuruhnya untuk duduk di atas kursi itu. Pantat Jen yang penuh luka terasa sakit ketika menyentuh permukaan kursi yang kasar itu. Kedua tangan Jen yang masih terborgol itu lalu diikat ke belakang sandaran kursi, demikian juga dengan kedua kakinya diikatkan ke kaki-kaki kursi. Jen yang masih kelelahan akibat siksaan yang ia terima bernapas tersengal2, sehingga payudaranya yang besar itu bergerak naik turun seirama dengan tarikan napasnya. Para penjaga itu lalu berebutan meremas2 payudara Jen, sambil sesekali menggigit puting susunya hingga seolah hampir lepas. Mereka juga menampari kedua payudara Jen yang bergantung dengan indahnya itu sehingga payudaranya seolah terlempar ke kanan dan ke kiri. Pipi Jen yang dipenuhi dengan air mata juga ditampari, sambil diejek “Dasar pelacur Selatan, bisanya cuma nangis doang!” Kemudian mereka mengambil pecutnya masing2 dan kembali mencambuki tubuh Jen, kali ini di bagian payudara dan perutnya yang melekuk indah. Teriakan demi teriakan terdengar dari ruang penyiksaan itu, hingga matahari terbenam dan Jen dilepaskan untuk kembali bekerja pada shift malam. Ashley, yang ditempatkan di sebelah Jen dalam lini produksi itu mengelus punggung Jen yang penuh luka bekas cambukkan itu, sambil membisikkan, “Sabar ya Jen, pasti penderitaan ini ada akhirnya. Suatu saat kita akan membalaskan perbuatan kejam mereka!” *** cari memek bugil bokep disini: memek korban perkosaan, Bokep penyiksaan, foto korban pemerkosaan tanpa sensor, gambar pemerkosaan wanita, foto pemerkosaan no sensor, foto korban perkosaan telanjang tanpa sensor, Foto pemerkosaan tanpa sensor, gambar memek korban perkosaan, gambar pemerkosaan, foto memek korban perkosaan, Tags: #derita gadis tawanan #gadis cantik korban pemerkosaan
Back to posts
This post has no comments - be the first one!

UNDER MAINTENANCE